Cerita pendek SM3T


Nama saya Irvansyah anak ke-2 dari 4 bersaudara lahir dan dibesarkan di Pontianak Kal-Bar dan pada Januari 2015 lulus dari Universitas Tanjungpura, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Akuntansi. Semasa dikuliah kami mahasiswa FKIP umumnya sudah sering mendengar dan mengetahui salah satu program dari pemerintah di bidang Pendidikan yaitu SM-3T ( Sarjana Mendidik di Daerah Tertinggal, Terluar, dan Terdepan), Program yang ditujukan kepada sarjana-sarjana pendidikan yang belum menjadi tenaga kependidikan untuk mengabdi sebagai tenaga kependidikan di daerah 3T.
Awalnya saya tidak pernah terpikir untuk mengikuti dan mengetahui lebih lanjut tentang program ini, maklum di dalam pikiran saya selesai kuliah ingin langsung bekerja menjadi tenaga kependidikan ataupun bekerja di perusahaan – perusahaan mendapatkan gaji untuk memenuhi kebutuhan saya dan membantu keluarga saya yang latar belakangnya biasa – biasa menengah kebawah.
Kemudian bertemu, saling tanya, berkomunikasi dengan beberapa teman angkatan kuliah seputar pekerjaan – pekerjaan, ternyata banyak dari temen saya yang mendaftar program SM-3T, lantas membuat saya bertanya dalam bahasa melayu pontianak, ngape kitak nak ikot program itu? Selanjutnya salah satu teman menjawab dengan lantang, aok la van ini ni program yang mulia bagi kite pemuda pemudi bangsa Indonesia untok dapat ngabdi, nimba ilmu di tanah yang bede, dapat kite asahkan kemampuan kite, ngasi kite pengalaman bersosialisasi di masyarakat dan budaya nya yang nanti pasti bede tu, nguji keberanian kite gak dan survive kite di kampong orang, ini jelas da ngasi warna warni baru dalam kehidupan kite. Kau tau ndak? Habis itu program ini ni ngasi apresiasi tinggi habis kau ngabdi setaon jadi guru mude di daerah 3T sana tu ko di kasik beasiswa untuk lanjut memperdalam ilmu pendidikan kau dengan PPG (Pura – Pura Gile) hahahaha tadak be (Pendidikan Profesi Guru).
Mendengarkan Penjelasan teman saya tersebut benar-benar sangat menarik minat saya, pulang kerumah saya selanjutnya mencari tahu dan membaca – baca lebih lanjut tentang Program SM-3T ini, ternyata ini adalah salah satu program dari Kementrian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi (KEMENRISTEKDIKTI) pada tahun yang saya ingin ikuti ini. Pendaftaran sudah di buka lama, saya melihat hanya tinggal 3 hari lagi kemudian saya berpikir dan berpikir dan memantapkan hati di hari terakhir barulah saya dengan sadar hahaha mendaftar, mengisi formulir tersebut dengan hati-hati karena seleksi pertama adalah seleksi administrasi.
Setelah tutup pendaftaran berikutnya adalah menunggu pengumuman siapa yang berhak mengikuti seleksi berikutnya, saya lupa untuk mengeceknya kemudian di inbox facebook saya banyak yang bertanya kamu lulus kah van? Tanpa membalas inbox tersebut saya langsung mengeceknya, ternyata saya lulus dan membalas inbox tersebut saya lulus, saya tanya balik ternyata mereka tidak lulus semua, mereka tidak tahu salahnya dimana tapi hasilnya mereka tidak lulus dan langkah mereka terhenti. Hahaha
Menanggapi hal tersebut saya terus maju hingga lolos semua seleksi berikutnya dan sebelum berangkat kami yang berjumlah 22 orang dari sekian program studi, sekian daerah, dan sekian lulusan harus di satukan melalui kegiatan Prakondisi selama 2 minggu yang dilaksanakan oleh LPTK Untan dimana saya tidak asing lagi dengan LPTK ini karena memang Untan adalah tempat saya kuliah. Berlokasi di Untan, dan di berikan pembekalan oleh Dosen-dosen Untan membuat saya benar-benar merasa berguna sekarang. Hehehe
Di awal Prakondisi ini lah disebutkan dan di berikan penjelasan langsung oleh seorang utusan dari tempat kami akan mengabdi adalah Atambua Kab. Belu Nusa Tenggara Timur yang tergolong daerah Terdepan karena termasuk daerah Perbatasan antar Negara yaitu Republik Indonesia dan Republic Democratic of Timor Leste. 22 orang teman tersebut ada beberapa yang saya kenal sisanya ada yang benar-benar baru dilihat dan ada yang sudah sering di lihat tetapi tidak tahu namanya. Hahaha so.. di prakondisi ini banyak hal yang dibekalkan dan diberikan guna persiapan untuk berangkat mengabdi, antara lain ada dari dosen – dosen Untan yang memberikan materi seputar pendidikan, Antropologi, Pramuka, Keterampilan serta di bidang kesehatan seperti P3K dll. Selanjutnya di bidang hukum ada pemateri dari KEJATI, dilanjutkan oleh BKKBN dan di akhiri materi ketahanmalangan dan kebesamaan dari TNI.
Setelah mengikuti semua rangkaian Prakondisi tibalah dihari keberangkatan kami pada tanggal 19 Agustus 2015 berangkat dari Bandara Supadio Pontianak menuju EL-Tari Kupang dan dilanjutkan penerbangan besoknya menuju Atambua Kab. Belu dengan menggunakan pesawat wings yang di jamin menegangkan. Sesampainya kami di Bandara AA.Bere Talo Atambua kami secara terhormat di jemput langsung oleh Bupati dan Pegawai-pegawai Dinas PPO Kab. Belu setelah jabat tangan dan bertemu sapa kami langsung bergegas menuju Kantor Dinas PPO Kab. Belu menggunakan bis dari Dinas Perhubungan.
Ternyata disana Pemerintah Kabupaten bersama Dinas PPO Kab. Belu telah menyiapkan acara penyambutan untuk kami sekaligus mengundang kepala sekolah – kepala sekolah yang sudah di tetapkan Dinas untuk mendapatkan bantuan tenaga dari kami para guru SM-3T. Acara dimulai dari kata sambutan oleh bapak Bupati Kab. Belu dan di akhiri dengan pembacaan nama-nama guru SM-3T beserta tempat tugasnya masing-masing dan akan di bawa langsung oleh kepala sekolah dimana guru tersebut di tempatkan.
Diluar prediksi maupun bayangan saya sebelumnya dengan latarbelakang program studi saya adalah pendidikan ekonomi yang biasanya akan bertugas di SMP, SMA, maupun SMK tetapi saya malah dapat penempatan di SD yaitu SDI Hedanfehan Kecamatan Tasifeto Barat Desa Derokfaturene. Karena datang dengan niat mengabdi, membantu secara profesional saya tidak merasa keberatan bahkan santai saja karena berpikiran mengajar SD jam mengajar nya lebih pendek dari SMP maupun SMA. Hahaha
Setelah acara penyambutan selesai saya bersama 1 orang teman yang kebetulan dari LPTK yang sama bertemu dengan Ibu kepala sekolah salaman, berkenalan, dan akhirnya kami berdua berpisah dengan teman lainnya yang juga akan di bawa kepala sekolah masing-masing menuju sekolah tempat dimana bertugas. Di perjalanan menuju sekolah ibu kepala sekolah memperkenalkan medan-medan jalan, bangunan – bangunan setempat serta jenis-jenis pohon yang kami lewati membuat saya semakin bersemangat untuk cepat sampai di sekolah, kurang lebih 2 jam perjalanan saya sampai disekolah, anak – anak murid yang harus rela menunggu disekolah sampai  sore untuk menanti kedatangan kami pun tampak bersemangat sekali mereka telah menyiapkan tarian penyambutan yaitu tarian adat likurai untuk menyambut kami dari jalan depan sekolah dan mengiringi kami menuju ruang guru didalam sekolah.
Selanjutnya kami berkenalan dengan para guru-guru SDI Hedanfehan, ada 14 guru dsana sewaktu kami datang para guru dan kami pun sangat bersemangat pada saat bertemu, setelah selesai kami pun di antar oleh ibu kepala sekolah ke rumah beliau yang berada 300 meter tidak jauh dari sekolah. Kami pun di sambut dengan baik dirumah di berikan ruangan yang paling baik dirumahnya, suami ibu kepala pun seorang guru di SDI Hedanfehan dan juga orang yang terpandang, orang yang di segani di desa. Sewaktu mengobrol di meja makan saya sangat menyadari bahasa Indonesia yang digunakan orang banyak yang berbeda dan memiliki aksen sendiri. Hahahaha
Saya yang latarbelakang dibesarkan di Pontianak dengan aksen melayu kental pelan-pelan menyesuaikan bahasa Indonesia ala Pulau Timor ini, walaupun masih sangat jelas perbedaan waktu mengobrol kami dapat tertawa lepas ibu kepala dan suaminya cukup humoris banyak cerita-cerita lucu yang kami bicarakan, setelah makan habis kami pun menuju kamar untuk istirahat sebelum tidur masih sama-sama main handphone saya sama sintus (nama teman saya yang satu penempatan) kami banyak menertawakan hal-hal lucu yang kami sadari selama disini terutama ketika kami mengflash back sewaktu di dinas kami yang 22 orang itu dapat tempat yang berbeda-beda, memikirkan nasib mereka dimana tempat mereka tugas, ada yang di jemput dengan motor tua dan membawa koper besar salah satu teman kami, ada juga katanya tempat mereka itu berada di ketinggian dan dingin sekali, katanya. Di tempat saya saja sore warga sudah berselimut kain panas untuk menahan dingin ketika memasukan kembali sapi kekandang.
Bangun pagi dengan semangat baru walaupun dengan kondisi yang sangat dingin accu weather handphone saya menunjukan 19 derajat maklum bagi saya karena belum terbiasa dengan kondisi ini, mandi juga hari pertama tersebut memakai air panas untuk di campur, setelah mandi bersiap ke sekolah dan murid-murid SD tersebut melewati saya menyapa selamat pagi pak, selamat pagi pak, dalam hati saya kalau di kota tidak seperti ini murid lewat-lewat saja tidak menyapa seperti disini.hehehe rasa senang menambah semangat saya ibu kepala menunjukan tempat duduk kami di ruangan guru dan menginstruksikan kepada sekretaris sekolah bapak Anis untuk memberikan kami tugas-tugas yang kami lakukan disekolah ini, dan yang paling penting adalah tugas mengajar kami dengan latarbelakang program studi Ekonomi dan sintus Geografi cukup membuatnya bingung sehingga dia memutuskan untuk memberikan kami berdua mata pelajaran IPS dan PKN untuk kelas IV, V, dan VI, saya meminta sintus untuk memilih, kamu mau yang mana? Dia memilih IPS, ya otomatis saya PKN.
Setelah jelas semua tugas kami disekolah kami pun mengajar masing-masing ke dalam kelas melakukan perkenalan dan memulai pembelajaran di kelas, sewaktu saya di dalam kelas murid kelas V menyambut saya dengan jel-jel mereka ketika guru masuk siap beri hormat ketua kelas memimpin, dan seluruh murid dalam kelas menyahut bersatu, cerdas, optimis itu dilakukan di barengi dengan ekspresi tubuh. Saya mulai memperkenalkan diri dan tanya jawab seputar kebiasaan-kebiasaan sekolah, meminta mereka memperkenalkan diri, menyebutkan nama, tempat tinggal dan hoby mereka, ekspresi mereka aneh-aneh rata-rata masih malu untuk bicara di depan umum, ada yang berbicara menunduk, ada yang garuk-garuk kepala, bahkan ada yang memejamkan mata. Hahahahaha
Setelah kurang lebih 1 minggu bapak Mateus ( suami ibu kepala sekolah) membawa kami kerumah bapak kepala desa, lapor diri dan menawarkan tenaga untuk sekiranya dapat membantu program-program desa. Bapak kepala desa menyambut baik kami dan menjelaskan-menjelaskan sedikit tentang desa Derokfaturene yang di pimpinnya tersebut. Bapak kepala desa dengan pengalamannya  bahasanya baik mudah dimengerti dan tentu saja banyak permasalahan-permasalahan di desa yang sudah bisa ia tangani. Rata-rata pekerjaan warga desa adalah bertani, beternak, dan PNS. Warga dalam bertani hanya bisa menanam padi sekali selama setahun karena hanya bisa menanam pada saat musim hujan karena memang jenis sawah mereka sawah tadahan, untuk air warga desa Derokfaturene ini syukurnya tidak terlalu susah kalau hanya untuk kebutuhan sehari-hari karena ada beberapa titik embung (seperti danau yang di buat pemerintah) dan mata air.
Waktu tidak terasa selama berada disini sudah 1 bulan pertama kami lalui, kami menambah kegiatan-kegiatan kami disekolah, saya mendapatkan tambahan untuk mengajar Olahraga kelas IV,V,dan VI. Kami membimbing anak-anak ekstrakurikuler Pramuka, melatih anak-anak yang masih kurang lancar membaca, dan memberikan les tambahan kepada siswa-siswa terutama kelas VI. bulan demi bulan berlalu kami semakin menyatu bersama para guru, siswa, warga dan lingkungan sekitar. Walaupun mungkin felling saya banyak masih tidak tahu nama saya karena mereka selalu memanggil dengan profesi saya, PAK GURU. Hahaha begitu juga dengan warga yang berprofesi sebagai bidan ya IBU BIDAN, dan ada lagi perawat yang di panggil PAK MANTRI.
Pada setiap ada acara kami selalu di undang, bahkan ada teman favorit saya disana yaitu sekretaris sekolah bapak Anis beliau sangat mengerti jiwa anak muda, sering membawa kami jalan-jalan ketempat baru ketempat-tempat keluarganya bahkan sampai ke kupang kami di bawa. Beliau juga banyak memberikan kami nasihat, sering meminjamkan motor, dan mendapatkan penjelasan-penjelasan tentang adat istiadat dan kearifan lokal setempat. Beliau juga orang yang paling mengerti teknologi di kampung, jadi kami berdua terutama saya sering di panggil kerumahnya untuk saling bertukar pikiran masalah laptopnya, masalah program-program yang belum dikuasainya bahkan sampai masalah otomotif. Hehehe
Masyarakat Belu khusunya warga desa derokfaturene selalu menjaga dan membantu saya dalam melakukan tugas, masih banyak sebenarnya cerita, tetapi cerita tersebut tidak rela untuk saya bagikan. Hahaha. Jadi pesan saya jangan takut dalam melangkah semuanya tergantung kepada bawaan sikap diri kita sendiri kita baik orang juga akan menyambut baik, ibarat kata pepatah masuk kandang kambing ya kita harus mengembek jangan mengonggong. Hahaha hidup sonde ada keras na Cuma katong aja jangan manja. wkwkwkkwwkkw

   

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Cerita pendek SM3T"

Posting Komentar