KARTINI-KARTINIKU SAAT INI
Sabtu,
29/04/2017. Di jajaran kursi tunggu SAMSAT KRIAN, aku duduk menanti panggilan
dari petugas untuk menyelesaikan administrasi terakhir dalam proses mengurus
kelengkapan surat-surat kendaraan bermotorku. Di depanku ada seorang ibu sedang
menggendong putranya yang masih balita dan kelihatan sedang sakit. Beberapa
menit kemudian datang seorang ibu parubaya dan duduk menempati kursi kosong
tepat disamping ibu yang menggendong balita. Tidak lama kemudian ibu parubaya
memulai perbincangan dengan ibu balita.
“Putrane
kenopo mbak?”, begitu ucap beliau memulai perbincangan.
“niku
bu, biasa batuk pilek”, jawab singkat sang ibu balita.
Lalu
sang ibu parubaya pun menanggapinya dengan memberikan penjelasan-penjelasan
yang menurutku itu adalah pengalamannya menjadi ibu dari lima anak. “nek
nyisino umbele, ojok ditutup karo mbak irunge. Ditutup sisih ae”, sambil memperagakannya-beliau
membagikan pengetahuan tentang merawat anak
balita yang sedang flu. “wedine malah neng kupeng umbele, soale bolongane irung
kan tembus kupeng”, lanjut beliau menjelaskan. Aku yang mendengarkan penjelasan
beliaupun sontak tersenyum ingin tertawa dan bertanya dalam hati “apa iya kalau
kita buang ingus dengan menutup dua lubang hidung kita, ada kemungkinan ingus
kita akan sampai di lubang telinga? Haha”. Perbincangan mereka berdua pun terus
berlanjut, saya seperti sedang menyaksikan acara talkshow dengan tema kesehatan
anak. “Pokoke dijogo temen mbak putrane, pokok iso ojo sering-sering loro,
soale umur-umur semene iku kembang-kembange anak”. Sambil mengelus badan sang
balita, ibu parubaya pun menyampaikan pesan kepada ibu balita untuk lebih
menjaga putranya agar di usia keemasannya, sang balita tidak sering sakit
sehingga perkembangannya bisa optimal.
Melihat
hal tersebut, aku jadi ingat tentang lomba menulis yang diadakan teman-teman
pengurus KHD V di kampus dengan tema Kartini Pelosok Negeri. Menurutku ibu
parubaya ini, yang akhirnya aku ketahui namanya adalah Ibu Susanto Hadi setelah
berkenalan langsung dengannya, beliau termasuk Kartini bagiku karena dengan
sifat pedulinya terhadap sesama, dengan sifat dermawannya membagi pengetahuan
dan pengalaman, beliau dapat menjadikan kaumnya menjadi perempuan yang lebih
baik. Di bawah ini adalah tulisan beliau saat aku tanya, “bagaimana ibu
memaknai peringatan Hari Kartini, 21 April kemarin?”
Lain
ladang lain belalang, Lain lubuk lain ikannya. Mungkin itulah peribahasa yang sesuai untuk menggambarkan sosok Ibu
Susanto Hadi dengan sosok berikut ini.
Kalau Ibu Susanto meneruskan cita-cita Ibu RA Kartini dengan berbagi
pengetahuan dan pengalaman dengan perempuan di sekitarnya, berbeda dengan Ibu Maria
Sofiana B. Weruin Belogili (36 Tahun). Perempuan asal kupang-NTT ini merupakan
guru buta aksara di Distrik Ilugwa Kabupaten Mamberamo Tengah Provinsi Papua.
Melalui Program Pemberantasan Buta Aksara yang digagas oleh Pemerintah Provinsi
Papua, Bu Maria-begitu aku akrab memanggilnya, beliau mendedikasikan sebagian
waktu bahagianya bersama keluarga tercinta untuk berani menuju pedalaman papua
dengan visi mengangkat martabat masyarakat pedalaman papua melalui pendidikan
terlebih martabat kaum perempuannya.
Calistung
(membaca, menulis, dan berhitung) merupakan program utama beliau. Pembelajaran
yang dilaksanakan bu Maria adalah setiap hari senin – jum’at mulai pukul 07.00
– 09.30 WIT. Cukup singkat memang waktu belajarnya, tapi ini atas dasar pertimbangan
beliau bahwa peserta didiknya adalah para Mama yang tentunya memiliki banyak tugas
harian seperti berkebun, beternak babi, memasak dan mengurus anak. “dan yang
penting, supaya dorang punya pace tara marah pak guru, karena dorang tinggal
sekolah”, hehe. Begitulah jawaban pamungkas beliau menjelaskan strategi jam
mengajarnya dengan logat ala-ala masyarakat papua kala aku dan beliau
sedang diskusi ringan sambil bercanda. Sedangkan untuk mempertahankan semangat
belajar para Mama, pembelajaran yang dilaksanakan bu Maria tidaklah melulu di
dalam kelas. Tidak jarang bu Maria melakukan pembelajaran di luar kelas, di honai
dapur misalnya seperti nampak pada poto di bawah ini.
Dan
serunya bu Maria untuk meningkatkan semangat belajar para Mama adalah saat aku
dan teman-teman SM-3T mengadakan lomba cerdas cermat untuk memperingati
Hardiknas 2 Mei 2016 yang sebenarnya kami tujukan untuk anak-anak SD dan SMP.
Bu Maria usul kalau peserta didiknya yakni dari kelas buta aksara juga
diikutsertakan sehingga kami harus menambahkan soal-soal yang berkategori mudah
supaya para Mama dapat menjawabnya dan bisa lolos hingga beberapa sesi. “Sehingga
muncul kebanggaan pada diri para Mama karena ikut perlombaan dan berhasil
menjawab pertanyaan-pertanyannya”, begitulah analisis Bu Maria. Super sekali
analisis anda ibuuuuu. Dua jempol secara langsung aku tujukan pada beliau. Dan
benar saja, acara kala itu berlangsung sangat meriah karena para Mama dan
anaknya saling berkompetisi untuk jadi sang juara. Rasa haru, bangga dan
kagumku kepada bu Maria semakin menggebu kala menyaksikan para Mama berhasil
menjawab pertanyaan pertama tentang wawasan kebangsaan. “ Bendera Negara kita,
Indonesia tercinta adalah ...”. Secara serentak mereka menulis “Merah Putih” di
buku tulis masing-masing dan mengangkatnya pertanda mereka selesai menjawab
pertanyaan. “Bu Maria, Indonesia bangga memilikimu”, Suara dalam hatiku
bergumam. Ok. Pertanyaan pertama berhasil mempertahankan semua peserta untuk
tetap duduk di area perlombaan dan semua merasa senang karena lolos dari
pertanyaan yang nasionalisme tersebut. Saatnya pertanyaan kedua, Matematika.
“ayo mama jangan kalah dengan anak-anak SD eeeee, sekarang soal matematika.
Ingat-ingat cara berhitung bagaimana”. Begitulah bu Maria memberikan pengantar
untuk soal kedua. Dan ternyata mereka juga mulai dapat berhitung lho, “9
+ 6 = berapa?” pelan tapi pasti mereka mulai menggoyang-goyangkan jari-jari
perkasa mereka untuk menentukan hasil dari 9 + 6. Daaaaan di pertanyaan
inilah sebagian mama mulai tersisihkan karena tidak semuanya menjawab = 15.
Namun tersisihkannya beberapa mama malah semakin membuat suasana perlombaan
kala itu semakin riuh karena semua anak menertawakan mama yang keluar dari
arena perlombaan dikarenakan salah menghitung 9 + 6, bahkan mama yang berhasil
menjawab pertanyaan tersebut pun ikut menertawakan teman mereka yang harus walk
out. Termasuk pula kita guru-guru ikut tertawa lucu menyaksikan tingkah
polos para mama yang keluar arena permainan. Meskipun mereka hanya berhasil di
soal pertama, Untuk mempertahankan dan mengapresiasi
usaha mereka agar terus belajar, kami memberikan satu permen kepada setiap mama
yang tersisih dan hadiah mie instan bagi mama yang paling akhir tersisih dari
permainan.
Oh
iya, bu Maria juga mengajarkan lagu-lagu nasional kepada para mama meskipun
pada hari yang dinantikan (saat perayaan Hardiknas 02 Mei 2016) lagu wajib
“Indonesia Raya” belum dikuasai para mama dengan seutuhnya sehingga niatan
untuk menggabungkan beberapa mama di kelompok paduan suara akhirnya tidak
terlaksana. Tapi hal itu tidak mengurangi sedikitpun kekagumanku kepada beliau
karena tujuan yang jauh lebih penting daripada hanya sekedar bisa menyanyikan
lagu Indonesia Raya yaitu terbentuknya jiwa nasionalisme pada diri para mama di
Distrik Ilugwa telah berhasil bu Maria wujudkan, hal ini terbukti dengan adanya
seorang mama yang sedang sakit saat perayaan Hardiknas namun tetap memaksakan
diri untuk ikut melaksanakan upacara hingga akhirnya “tumbang” di tengah-tengah
pelaksanaan upacara. Suasana haru biru
dalam sekejap langsung membaur bersamaan dengan suasana penuh hikmat saat itu. Begitulah
peringatan Hardiknasku dan teman-teman SM-3T di Papua bersama Bu Maria sang
Kartini di pelosok negeri.
Selain
Calistung, bu Maria juga mengajarkan para mama tentang cara memberi asupan
makanan yang bergizi bagi keluarga. Mulai dengan mengenalkan beragam sayuran
dan buah-buahan serta manfaatnya, teknik memetik sayuran supaya layak konsumsi
dan layak jual, bahkan beberapa mama juga terkadang diajak memasak bersama di
honai dapur beliau guna memberikan pengalaman secara langsung bagaimana cara
memasak yang benar, enak dan kandungan gizinya terjaga. Di sinilah semakin
kagumnya aku kepada bu Maria, sejak awal keberadaan beliau di Distrik Ilugwa,
beliau nampak tidak canggung untuk langsung membaur dengan masyarakat setempat.
Aku dan teman-teman SM-3T saja sempat jaga jarak beberapa hari dengan para
siswa dikarenakan (maaf) indra penciman kami yang belum familiar dengan
aroma “parfum khas” mereka. Tapi Bu Maria tidak demikian, beliau tidak
mempermasalahkan “aroma parfum” yang berbeda, tidak pula mempermasalahkan gaya
hidup masyarakat Papua yang sungguh bertolak belakang dengannya. Beliau tidak
menjadikan hal tersebut sebagai penghalang untuk terus berinteraksi secara
intensif dengan para peserta didiknya dalam menyampaikan ilmu yang bermanfaat
dan pengalaman belajar yang berharga demi kebaikan para peserta didiknya di
masa mendatang.
Selain
mengajarkan Calistung dan memberikan pengalaman tentang masalah pangan kepada
para mama, bu Maria juga tidak lupa menyampaikan pengetahuannya tentang
kesehatan kepada peserta didiknya terutama masalah kesehatan perempuan.
Meskipun di Distrik Iugwa sudah ada fasilitas Puskesmas, namun untuk tenaga
kesehatan, masih terbilang kurang sehingga untuk kegiatan seminar ataupun
penyuluhan tentang kesehatan yang sejatinya sangat dibutuhkan untuk masyarakat
di wilayah 3T, kegiatan tersebut belum nampak pernah terlaksana (selama aku
berada di sana). Sehingga ucapan syukur tiada terkira senantiasa aku haturkan
ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah mempertemukan aku dengan Ibu Maria.
Sosok yang tidak hanya memperdulikan kebaikan anak-anak dan keluarganya, tapi
juga peduli dengan kebaikan kaum sesamanya. Bu Maria, You are inspiring women
for me.
Mari perempuan indonesia
Jangan hanya menjadi perempuan yang pandai berfoto
selfi
Tapi jadilah perempuan yang memiliki rasa
simpati dan mampu membanggakan Ibu Pertiwi melalui aksi-aksi yang telah dicontohkan
oleh ibu kita RA Kartini.
TOKOH :
Nama : Ibu Susanto Hadi
Tempat, tanggal lahir : Surabaya,
04/09/1965
Alamat : Perum GKGA Blok S.24
Kedanyang-Gresik
Nama : Maria Sofiana B. Weruin Belogili
Merry Weruin 081344099441
0 Response to "KARTINI-KARTINIKU SAAT INI"
Posting Komentar