Bersahabat dengan Alam
Yang jelas hidup
dimanapun tempatnya, mau di kota atau di pelosok kampung pasti kita sebagai
manusia sangat bergantung pada alam karena itu memang sudah hakikatnya dari
Sang Pencipta. Akan tetapi, kalau semisal tinggal di kota ketergantungan akan
alam mungkin cenderung agak sedikit minim karena peradaban teknologi semakin
gencar apalagi di zaman globalisasi seperti ini. Lain halnya kalau kita hidup
di pelosok kampung semacam di pedalaman Papua, ketergantungan akan alam masih
sangat tinggi. Hal itulah yang Aku rasakan ketika bertugas di pedalaman Papua
sebagai guru SM-3T. Pedalaman Papua yang terkenal akan kelestarian hutannya
yang menyimpan berjuta-juta misteri di dalamnya, sudah tentu orang banyak tahu
akan hal itu.
Gambar: Keadaan alam kampung Gesa Baru, Distrik
Benuki
|
Aku bertugas di Kampung Gesa Baru, Distrik Benuki, Kabupaten Mamberamo Raya, sekolah tugasku adalah di SMPN 1 Benuki. Hidup di daerah pedalaman umumnya masih bergantung pada alam semesta. Aku yang berasal dari kota harus bisa beradaptasi dengan baik karena apa-apa yang Aku dapatkan selama di kota dengan mudah belum tentu bisa Aku dapatkan di kampung.
Sumur satu satunya
Semisal air, air merupakan sumber daya alam penting untuk kehidupan. Kita disini masih bergantung pada air hujan untuk mandi, cuci, masak, dan berwudlu mengingat kita tinggal di Masjid. Untuk mensiasati hal itu Aku dan teman sepakat untuk mandi hanya sekali dalam sehari, dan cuci baju hanya seminggu sekali mengingat tidak setiap waktu hujan akan turun apalagi kalau memasuki musim kemarau. Sebernarnya di sekitar kampung tempat kita tinggal ada sumber mata air batu bara, tetapi air tersebut hanya kami gunakan untuk minum saja karena jarak untuk ambil airnya cukup jauh kurang lebih 2 km dari Masjid tempat kita tinggal. Biasanya kita ambil ambil air bawa motor yang dapat pinjam dari Mas Rudi, kenalan kita di kampung Gesa. Pernah suatu saat musim panas panjang, dua minggu lebih tidak turun hujan alhasil cadangan airpun habis. Terpaksa harus sedot air dari sungai Gesa dengan dibantu mobil pickup pinjaman dari pak Yusuf untuk mengangkutnya dari Loukbond menuju Masjid. Air itu nantinya untuk berwudlu saja, untuk mandi dan cuci aku dan teman yang lain biasanya pergi ke kios Mas Udin, kenalan kita juga di kampung Gesa.
|
Sama
halnya dengan makanan, sayur mayur kita tinggal petik sendiri dari alam sekitar
seperti kangkung, daun singkong, kelor, dan macam-macam sayuran yang lain.
Mungkin kalau kita tinggal kita masih harus ke pasar untuk membeli sayur, lain
hal di kampung, alam sudah menyediakan kita tinggal petik saja disekitar tempat
tinggal. Semisal kangkung dan singkong, dua sayuran itu entah kenapa tumbuh
subur sekali disini terkadang aku menyebutnya rumputnya di
pedalaman
papua. Karena memang dua sayuran itu tumbuh dengan sendirinya tanpa ada yang
merawat ataupun menanamnya. Memang tanah di sekitar sini masih alami dan subur,
kamipun sempat menanam beberapa bibit yang kita bawa dari Surabaya.
|
Hal penting yang bisa Aku petik yaitu, berhenti mengeluh kepada alam. Semisal mungkin sering sekali waktu turun hujan, kita mungkin mengeluh aduh hujan lagi. Atau bahkan mungkin diantara kita berdoa supaya tidak turun hujan
karena ada acara dengan
teman, pacar, ataupun dengan yang lain padahal di lain tempat orang berdoa
minta hujan supaya kebutuhan hidup terpenuhi. Bersahabatlah dengan alam, karena
kalau kita memberikan yang terbaik buat alam tentunya alam akan memberikan yang
terbaik pula buat kita. Jadi pesan saya adalah
bersahabatlah yang baik dengan alam.
Oleh: Taufik Farisal, S.Pd
0 Response to "Bersahabat dengan Alam"
Posting Komentar